Kamis, 18 November 2010

Kunang-Kunang (Tulisan 3 (TOU 1))

Kunang-Kunang

Kunang-kunang adalah sejenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari. Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah dan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%.
Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae yang merupakan familia dalam ordo kumbang Coleoptera. Ada lebih dari 2000 spesies kunang-kunang, yang dapat ditemukan di daerah empat musim dan tropis di seluruh dunia. Banyak sepesies ini yang ditemukan di rawa atau hutan yang basah dimana tersedia banyak persediaan makanan untuk larvanya.
Kunang-kunang, yang memancarkan sinar untuk saling mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya. Selain itu, pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang mula-mula menyorotkan sinar untuk menarik sang betina, sementara pada spesies lainnya, sang betina yang “memanggil.” Sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka untuk mempertahankan diri. Mereka mengeluarkan sinar sebagai tanda pada musuh bahwa mereka bukan makanan yang lezat.
Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan. Betina jenis ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain, misalnya Photuris. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photuris pun terjebak dan dimakan oleh Photuris betina.
Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan antar-sesama jenisnya tentang ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan burung pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan cahaya kunang-kunang berasa pahit. Kalaupun ada serangga pemangsa yang nekad, mereka biasanya memakan tubuh kunang-kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian belakang, kecuali bagian perut yang tidak dimakannya.

Bayi Kunang-Kunang

          Pada kunang-kunang dewasa, selain untuk memberi peringatan tanda bahaya, cahaya pada tubuhnya berfungsi untuk menarik perhatian pasangannya. Tidak hanya kunang-kunang dewasa, bayi kunang-kunang yang masih berupa larva juga mengeluarkan cahaya. Cahaya pada larva berguna untuk memperingatkan hewan lain yang akan memangsa mereka agar tidak mendekat.

            Setelah terjadi perkimpoian, kunang-kunang betina akan meletakkan telur-telurnya dibawah permukaan tanah. Telur-telur tersebut akan menetas menjadi larva setelah 3-4 minggu dan akan terus diberi makan hingga musim panas berakhir. Setelah kira-kira 1-2 minggu dari berakhirnya musim panas, larva tersebut akan berubah menjadi pupa, kemudian berubah menjadi kunang-kunang dewasa.

 

Mitos Kunang-Kunang Berasal Dari Kuku Orang Mati

           
            Terdapat lebih 2.000 spesies kunang-kunang, yang sebenarnya adalah kumbang bersayap. Kunang-kunang bersinar bahkan ketika mereka masih berupa larva kecil. Kedipan kepucatan mereka, cahaya kapur bertindak sebagai peringatan bagi pemangsa. Banyak larva kunang-kunang mengandung bahan kimia yang tidak menyenangkan atau beracun untuk hewan dan manusia, menurut sebuah studi oleh para peneliti Universitas Tufts.

Cahaya ini merupakan hasil pencampuran oksigen, pigmen yang disebut luciferin. Enzim luciferase, bahan kimia yang disebut adenosin trifosfat (ATP) adalah yang menyediakan sel energi, menurut peneliti Harvard Medical School. Kristal asam urat, yang terletak di sel-sel bisa diaktifkan untuk membuat cahaya, bertindak sebagai lapisan reflektif dan bersinar dari seluruh badan serangga.

Namun, pola kedipan perut kunang-kunang itu tetap menjadi misteri, di mana ilmuwan tidak yakin apakah pola ini dikendalikan oleh sel-sel saraf serangga atau suplai oksigen. Tetapi para ilmuwan tahu apa guna kedipan itu. Kunang-kunang dewasa mengeluarkan sinyal cahaya terputus-putus untuk menarik perhatian pasangan di masa depan.

Pola kedipan yang bervariasi dari pendek hingga urutan panjang terus menerus, dan spesies kunang-kunang yang berbeda memiliki cahaya sendiri yang unik, sehingga lebih mudah bagi pasangan yang cocok untuk menemukannya satu sama lain.

Baik kunang-kunang jantan dan betina menyalakan lampu hijau mereka ketika memilih pasangan, dan menggunakan lampu berkedip mereka sebagai sarana untuk berkomunikasi selama pacaran.

Selain kunang-kunang, banyak organisme lain, terutama makhluk laut, menggunakan emisi cahaya untuk seleksi seksual, menarik mangsa dan sebagai alat kamuflase. Diperkirakan ada sekitar 90 persen hewan laut dalam memiliki cahaya, menurut Scripps Institution of Oceanography.

Mekanisme bercahaya kunang-kunang biasanya menunjukkan beberapa informasi misalnya tentang masa hidupnya. Karena menyala di bagian ekornya dan mungkin karena keterbatasan informasi masyarakat "kuno" maka muncullah cerita mitos dari orang-orang tua yang menyebut kunang-kunang membawa "kuku orang mati".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar